Total Tayangan Halaman

Senin, 31 Oktober 2011

IBU :)

Ibu,,,,
Atau aku biasa memanggil beliau mama,,
Mama,,
Seperti malaikat, pahlawan, dan semacamnya
Orang yang berpengaruh dalam perjalanan hidupku,,
Dan jujur, dia adalah salah satu motivasiku..

Beberapa temanku berkata aku anak manja, karena melihat rasa sayangku pada mama.

Tak apa, karena aku tidak akan menghiraukan perkataan orang-orang yang bahkan mungkin belum begitu mengenal diriku.


Ya, mungkin aku manja, tetapi mamaku tidak pernah mengajarkan anaknya untuk bersikap manja. Mamaku selalu mendidik anaknya agar mandiri seperti dirinya.
Aku menyayangi mama. Mama pun menyayangi anak-anaknya.
Bagaimana dengan dirimu? :)
Akan kuceritakan sekilas tentang mamaku dan aku,,





Mama,

Secara pribadi menurutku mama adalah termasuk ibu yang penyayang, tegar, protektif terhadap anak-anaknya, dan wanita yang cantik :). Tidak, aku tidak sedang memuji mamaku, tetapi secara objektif, beliau memang termasuk wanita yang cantik :p

Aku ingat ketika dulu ketika SD, aku ngotot sekali ingin membawa sepeda ke sekolah, padahal saat itu aku belum begitu bisa mengendarainya, apalagi aku kurang bisa menggunakan rem. Saat itu mama melarangku, tapi karena saat itu aku anak yang nakal :p, aku ngeyel (bersikeras) dan menaiki sepeda ke sekolah. Dan, alhamdulillah tidak terjadi apa-apa saat itu. Sesampai di rumah, mama berkata “lain kali jangan ngebantah ya la, mama tadi ngikuti ala sampai ke sekolah karena takut ada apa-apa dengan ala”. Mendengar itu, sungguh saat itu aku merasa bersalah dan terharu, begitu sayang dan perhatiannya mama denganku.

Dan ‘larangan’ seorang ibu itu memang jangan pernah dianggap remeh.

Beberapa hari setelah hari itu aku membawa sepeda untuk kegiatan pramuka pada sore hari. Jalan di sekolah SD ku jalanan yang menurun cukup tajam. Ketika waktu pulang dan mengendarai sepedaku, karena aku belum bisa mengerem, aku membiarkan sepedaku menurun dengan begitu cepatnya, padahal akan melalui perempatan, dan tidak tahu ada sepeda motor yang sedang mengebut dari arah samping perempatan tersebut. Alhamdulillah, tanpa kuasa-Nya dan doa mamaku, mungkin aku sudah meninggal dari dulu. Sedetik saja waktu antara sepedaku dan sepeda motor itu berbeda, mungkin aku sudah meninggal.


Banyak orang yang mengenalnya sebagai ibu rumah tangga yang selalu ramah dan tersenyum.

Ya, mama memang tidak pernah menampakkan kesulitan atau mungkin masalah yang sedang dihadapinya.
Beliau orang yang tegar. Padahal, aku tahu apa yang sedang dihadapinya. Aku tahu apa kesedihannya. Dan beliau selalu saja dapat menyembunyikannya

Dan yang paling membuatku sedih adalah, ketika mama berkata “mama baik-baik saja, ala ga perlu kuatir, gimana kuliahnya?”

Dan suatu saat ketika mama di rumah sakit mama bilang “La, semua orang itu pasti meninggal suatu saat, pengobatan itu hanya memperpanjang umur saja, nanti kalau mama sakaratul maut, ala di samping mama ya, bacain syahadat di telinga mama,,mama takut nanti katanya di saat manusia sakaratul maut syetan mengganggu”.


Kau tahu perasaanku saat itu,,
Kau tahu bagaimana sedihnya mendengar orang yang kau sayang berkata seperti itu,,

Dan di saat-saat terakhirnya aku tidak ada di sampingnya.

2 hari sebelum hari wafatnya, aku sedang berada di sampingnya dan pamit untuk kembali ke surabaya dan menghadiri ujian praktikum dan seminar PKL. Sebenarnya kalau ingin memilih, aku tidak ingin menghadirinya, tetapi saat itu aku sudah banyak tidak masuk dan seminar itu adalah tugas kelompok, bukan individu. Dan saat itu pula, mama agak lebih baikan, dan aku berencana langsung pulang lagi setelah menghadiri seminar.

Dan di saat aku pamit, aku tidak sadar itu adalah terakhir kalinya aku menatap wajah dan senyuman di wajahnya.

Mama yang biasanya berkata agar aku cepat pulang lagi, saat itu mama tidak berkata apa-apa dan tersenyum. Sebenarnya aku agak heran, tetapi aku tidak pernah berfikir itu adalah terakhir kalinya aku bertemu dengannya.

Dan 2 hari setelahnya, aku mendapat telfon kalau mama sedang di pasang oksigen. Saat itu aku langsung menangis, tapi tidak terfikir mama akan meninggal saat itu.
Setelah mendapat telfon itu aku berencana pulang saat itu juga, lalu mendapat sms dari eek,
salah satu saudaraku..

“La, barusan mama udah meninggal, ikhlas ya,,.ayo pulang :)”

Saat itu seakan-akan aku sedang bermimpi buruk.

Tidak kenyataan.

Sedang bermimpi.

Benar-benar tidak pernah menyangka akan secepat itu.

Tidak pernah menyangka.


Dan di saat-saat kebingungan itu aku ingin berada di sampingnya, membuktikan kabar itu.
Ingin tau apakah itu benar.
Dan selama perjalanan pulang, orang-orang disekitar memandang bingung karena aku terus menangis.
Dan sesampai di rumah, tangisku yang mulai reda kembali tak terbendung. Kakak, saudara tertuaku keluar, memeluk dan menghiburku

“ala ga boleh nangis terus, udah, diikhlasin, biar mama tenang”..

Sebenarnya jika itu merupakan sinetron, adegan tadi merupakan adegan yang lucu, karena di saat kakak sedang menghiburku dan berkata seperti itu, kakakku pun menangis terisak-isak.

Dan akhirnya aku menyadari sepenuhnya, mama telah meninggal. Hal yang pertama aku sesalkan adalah aku tidak ada di sampingnya.

Dan setelah itu aku ingat betapa banyak kenakalan, dan dosa-dosa yang telah aku perbuat padanya.
Dan sangat sedikit yang aku berikan padanya.

Saat itu aku menyadari begitu berharganya waktu.
Jangan kau sia-siakan waktu
Waktu bersama orang yang kau sayangi.
Bahagiakan mereka sekarang, jangan tunggu nanti, atau besok, atau malah tidak sama sekali..

Ibu..
Walaupun seberapa ‘nakal’nya kita
Dia tetap sabar dan tersenyum menghadapi kita.

Dan aku berharap dan berusaha agar..

Mama tetap tersenyum disana :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar